Stunting menurut WHO (World Health Organization) disebabkan oleh kekurangan nutrisi pada bayi dalam waktu lama, kurang ASI, infeksi berulang, atau penyakit kronis yang menyebabkan masalah penyerapan nutrisi dari makanan. Faktor risiko stunting juga akibat pola asuh yang tidak memadai dari sejak bayi di dalam kandungan, di mana ibu hamil mungkin memiliki masalah kesehatan atau tidak memenuhi nutrisi janin selama kehamilan.
Stunting adalah masalah tumbuh kembang anak yang ditandai dengan tubuh anak yang pendek, sementara berat badannya masih terhitung normal sesuai dengan usia. Anak dikatakan stunting bila tinggi badannya tidak bertambah signifikan sesuai dengan tahapan usianya atau bila dibandingkan dengan tinggi badan anak saat baru lahir.
Sementara anak di bawah lima tahun yang memiliki berat badan rendah atau sangat kurus dari usianya, itu disebut wasting. Anak menderita stunting dan wasting bila anak memiliki tubuh yang pendek atau kerdil dan badannya juga sangat kurus. Selain tanda fisik, ditemukan juga adanya gangguan perkembangan otak dan keterlambatan kemampuan anak.
Gangguan tumbuh kembang anak tersebut biasanya diakibatkan oleh gizi buruk (malnutrisi), infeksi berulang, dan stimulasi atau perawatan psikososial yang tidak memadai pada anak dari 1000 hari pertama sejak pembuahan sampai usia dua tahun.
Masalah stunting atau anak yang kerdil tentu akan berdampak buruk bagi kehidupan anak, termasuk gangguan sistem kekebalan tubuh, gagal tumbuh, masalah fungsi otak dan perkembangan organ, rentan infeksi, gangguan fisik dan mental, serta mengancam produktivitas dan fungsi hidup di masa depan.
Anda bisa waspadai gejala stunting dengan melihat beberapa pertanda yang mudah dikenali. Di antaranya adalah memiliki tinggi badan yang rendah, tumbuh lebih lambat dari yang seharusnya, dan pertumbuhan gigi lambat.
Untuk mencegah stunting terjadi pada anak-anak, orang tua bisa menghindari penyebab dari masalah ini. Penyebab pertama adalah kurangnya gizi pada ibu hamil.
Penyebab stunting yang paling utama adalah masalah kekurangan gizi saat ibu mengandung bayi. Ibu hamil tersebut mungkin sakit malaria, hipertensi, HIV/AIDS, atau riwayat penyakit lainnya yang juga mempengaruhi perkembangan janin di dalam kandungan.
Stunting bisa juga terjadi bila ibu hamil tidak cukup mendapatkan asupan nutrisi seperti kalsium, zat besi, asam folat, omega-3, serta vitamin dan mineral penting lainnya. Akibatnya, janin di dalam kandungan juga tidak mendapat nutrisi yang memadai, lahir dengan berat badan rendah, risiko gizi buruk, atau komplikasi lain.
Stunting bisa juga terjadi bila ibu hamil tidak cukup mendapatkan asupan nutrisi seperti kalsium, zat besi, asam folat, omega-3, serta vitamin dan mineral penting lainnya. Akibatnya, janin di dalam kandungan juga tidak mendapat nutrisi yang memadai, lahir dengan berat badan rendah, risiko gizi buruk, atau komplikasi lain.
Penyebab lainnya, dilansir dari Jurnal Nestlé Nutrition Institute, Switzerland/S (2018), bayi berisiko terpapar banyak penyakit berbahaya, penyakit menular, infeksi akibat mikroorganisme, kerusakan usus, diare, atau gangguan pertumbuhan lainnya tanpa gejala pada usia 3-5 bulan hingga semakin terlihat pada usia 6-18 bulan.
Bila tidak segera mendapat penanganan medis atau dibiarkan, itu dapat berdampak buruk pada pertumbuhan anak. Dapat memicu gizi buruk, stunting, atau wasting, terlebih lagi akibat penyakit tanpa gejala yang mungkin anak alami.
Stunting juga bisa terjadi karena pola pengasuhan yang tidak memadai. Orang tua mungkin belum memahami pola pengasuhan yang baik untuk anak dan kurang pengetahuan tentang pentingnya gizi untuk anak. Kondisi ini dapat membuat anak terabaikan, kekurangan asupan nutrisi, sehingga mengalami gangguan pertumbuhan yang berisiko fatal.
Faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Bila anak lahir di lingkungan yang kekurangan akses makanan bergizi dan air bersih, anak-anak akan berisiko malnutrisi dan gagal tumbuh. Gangguan pertumbuhan masih rentan terjadi di negara miskin dan negara berkembang akibat kesulitan akses makanan, harga makanan mahal, atau terbatasnya akses kesehatan yang memadai.
Maka, untuk menghindari stunting, penting bagi orang tua untuk mempersiapkan nutrisi anak dari awal hingga periode emas (golden age). Setelah itu, anak pun tetap membutuhkan asupan gizi seimbang dan nutrisi lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Bukan hanya untuk kesehatan otak, namun juga kesehatan fisik, mental, emosional, dan kognitif.
Maka dari itu, orang tua harus memenuhi kebutuhan gizi anak dengan lengkap, termasuk mencukupi ragam asupan nutrisi lengkap dan suplemen tambahan harian sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Orang tua juga harus waspada pada penyebab anak tidak mau makan. Jangan sampai anak tidak nafsu makan hingga memicu kurang gizi atau malnutrisi. Kekurangan gizi kronis pada anak dalam waktu lama akan berisiko stunting dan wasting.
Apabila mencurigai gejala tersebut pada anak, mohon segera konsultasi ke dokter. Anda dapat memperbaiki kesehatan anak dengan memberi nutrisi terbaik untuk anak.
Lengkapi asupan nutrisi anak sehari-hari dengan Nutren Junior karena mengandung 50% protein whey yang bersifat mudah diserap tubuh serta mengandung sistein dan antioksidan untuk membantu meningkatkan daya tahan anak. Anak juga bisa mendapatkan omega 3, 6, dan DHA pendukung perkembangan otak serta fungsi penglihatan mereka.
Nutren Junior juga memiliki probiotik untuk mempertahankan keseimbangan mikrobiota usus dan prebiotik yang membantu menjaga kesehatan saluran cerna. Orang tua juga bisa memilih susu ini karena bebas laktosa serta mengandung lemak nabati untuk menjaga kesehatan jantung. Jaga nutrisi anak-anak sekarang untuk membantu mereka tumbuh menjadi Si Kecil Tangguh.
Referensi:
- 1. Children's Health. 2021. What is the best milk for children?. https://www.childrens.com/health-wellness/what-is-the-best-milk-for-children. (Diakses pada 26 Juli 2021).
2. Fletcher, Jenna. 2019. What are the 6 essential nutrients?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/326132. (Diakses pada 15 Juli 2021).
3. Healthline Editorial Team. 2016. Poor Feeding in Infants. https://www.healthline.com/health/poor-feeding-in-infants. (Diakses pada 15 Juli 2021).
4. Johns Hopkins All Children’s Hospital. 2021. Hunger and Malnutrition. https://www.hopkinsallchildrens.org/Patients-Families/Health-Library/HealthDocNew/Hunger-and-Malnutrition. (Diakses pada 15 Juli 2021).
5. Nestle Nutr Inst Workshop Ser. 2018. Causes of Stunting and Preventive Dietary Interventions in Pregnancy and Early Childhood. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29991036/. (Diakses pada 26 Juli 2021).
6. National Health Service. 2020. Malnutrition. https://www.nhs.uk/conditions/malnutrition/. (Diakses pada 15 Juli 2021).
7. Sukanto Tanoto. 2020. What Is Stunting and Why It Matters. https://www.tanotofoundation.org/en/news/what-is-stunting-and-why-it-matters/. (Diakses pada 26 Juli 2021).
8. Trayler-Smith, Abbie. 2019. STUNTING: WHAT IT IS AND WHAT IT MEANS. https://www.concernusa.org/story/what-is-stunting/. (Diakses pada 15 Juli 2021).
9. World Health Organization. 2021. Malnutrition. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/malnutrition. (Diakses pada 15 Juli 2021).
10. World Health Organization. 2015. Stunting in a nutshell. https://www.who.int/news/item/19-11-2015-stunting-in-a-nutshell#:~:text. (Diakses pada 15 Juli 2021). (Diakses pada 15 Juli 2021).